Nasi, nasi ibarat jagung, gandum dan kentang. sebuah makanan pokok bagi kebanyakan penduduk dunia, yang dalam masa penanaman padinya sampai panen membutuhkan perawatan yang sabar, ulet, telaten serta harus mengeluarkan tenaga yang ekstra.

Nasi, sebuah makanan pokok yang mewakili sepanjang zaman, dan tidak bisa terlewatkan barang satu haripun. Secentong alasan dasar pertama yang membuat orang bekerja dari mulai dug subuh sampai matahari terbenam. Bagi masyarakat perkotaan sama saja seperti masyarakat pedesaan, nasi adalah barang pokok pertama yang harus ada, bedanya mereka mendapatkannya dengan cara praktis, cukup membeli berasnya di toko beras atau membeli nasi siap saji di warung nasi.

Nasi, di zamannya Mao Zedong pernah memerintahkan rakyatnya agar serentak menggerakan apa saja di sawah selama berjam-jam untuk menghalau burung pipit agar lumpuh terkapar karena burung pipit bisa menimbulkan bahaya kelaparan.

Nasi, di zaman orde baru dulu pernah menaikan harkat martabat bangsa indonesia sebagai "lumbung padi dunia". Dan di masa orde reformasi mulai rajin mengimpor beras dari negara tetangga di asia tenggara.

Nasi, di zaman paceklik dahulu menjadi teman hidangan jagung di piring (nasi jagung). Nasi membuat pemerintah jepang di era sekarang berinovasi membuat mesin tandur yang praktis untuk mengatasi generasi mudanya yang mulai enggan bertani.

Nasi, tak memandang nasib dan derajat karena semua orang dari rakyat biasa sampai ke presiden sama-sama makan nasi. Bedanya bagaimana cara mendapatkan dan lauk- pauknya.

Nasi, pernah membuat Jakarta terbelah antara nasi kotak dan nasi bungkus.

Nasi, yang dalam masa penanaman padinya membuat para petani membutuhkan air yang banyak untuk pengairannya.

 Nasi, yang dalam masa penanaman padinya melewati tahapan yang sangat banyak dari mulai memilih benih yang bagus sampai panen.

Nasi, yang ketika gabah sudah menjadi beras juga harus melewati banyak tahapan lagi hingga menjadi nasi yang siap untuk di hidangkan.

 Nasi, yang juga di sebagian daerah pinggiran desa yang rawan hama membuat para penanam padi harus mondok siang malam sejak dari padi mulai berbuah sampai panen. siang hari harus menjaganya dari hama burung, dan malam hari harus menjaganya dari hama babi.

Nasi, membuat para penanam padi di daerah tertentu pada waktu tertentu merugi karena di serang hama tikus dan para tengkulak beras tak segan berbuat curang.

Nasi, hanya ibu-ibu rumah tangga yang tahu bagaimana caranya memasak dan merawat agar nasi tetap segar.

Nasi, pada kondisi seseorang membuat petani totok di desa bahunya miring sebelah karena bertahun-tahun sejak dari masa muda setiap masa panen menanggung gabah dari sawah ke rumah.

Pernah di suatu sore, ketika aku berusia belasan tahun dan selesai makan. Bapak rupanya sering melihat piring bekas makanku yang sering menyisakan beberapa sendok nasi di piring bekas makanku. Saat itu aku memiliki kebiasaan aneh dan kurang sopan yakni menyisakan beberapa sendok nasi di piring bekas makanku. Bapak kemudian menegurku.

"Kamu" kulihat bapak agak marah.

"Kenapa, pak?" Tanyaku, saat itu aku belum menyadari kesalahanku dan masih duduk di kursi meja makan.

"Kalo makan nasinya di habisin"

"Emang kalo gak di habisin kenapa? Bapak terlihat semakin marah.

"Nasi itu rejeki, kalo makan gak habis itu namanya ngebuang rejeki dan gak bisa ngehargain tenaga orang tua"

Mendengar penjelas itu aku merasa mual seakan nasi ingin muntah lagi. Bukan karena tidak bisa menerima nasihat bapakku tapi aku merasa belum bisa memberikan bantuan tenaga dalam mengolah padi di sawah serta merasa malu, aku anak cara makan saja harus di ajari oleh bapak. Aku coba memberikan alasan.

"Habisnya aku udah kenyang, pak, gak kuat ngabisin"

"Nyentongnya di kira-kira kalo kurang baru nambah lagi"

Sejak saat itu aku berusaha mengubah kebiasaan makanku yang buruk itu karena mengakui bahwa memang benar aku sendiri merasakan hanya memanggul puluhan kilogram gabah dari rumah ke pabrik penggilingan saja tidak ringan. Dan kalimat "tidak bisa menghargai tenaga orang tua" semakin membuat aku mengerti !!!


Di dekade 1960-an, Bung Karno pernah menjelaskan di dalam buku Otobiografinya, bab 32. Sukarno menjawab. Halaman 354. "Manusia tidak hanya hidup untuk makan. Meski gang-gang di Jakarta penuh lumpur dan jalanan masih kurang, aku memutuskan membangun gedung-gedung bertingkat, jembatan berbentuk daun semanggi, dan sebuah jalan raya "superhighway", Jakarta Bypass. Aku juga menamai jalan-jalan dengan nama para pahlawan kami: Jalan Diponegoro, JalanThamrin, Jalan Cokroaminoto. Aku menganggap pengeluaran uang untuk simbol-simbol penting seperti itu tidak akan sia-sia. Aku harus membuat bangsa Indonesia bangga terhadap diri mereka. Mereka sudah terlalu lama kehilangan harga diri.


Banyak orang memiliki wawasan picik dengan mentalitas warung kelontong menghitung-hitung pengeluaran itu dan menuduhku menghambur-hamburkan uang rakyat. Ini semua bukanlah untuk keagunganku, tapi agar seluruh bangsaku dihargai oleh seluruh dunia. Seluruh negriku membeku ketika mendengar Asian Games 1962 akan diselenggarakan di ibukotanya, Kami lalu mendirikan stadion dengan atap melingkar yang tak ada duanya di dunia. Kota-kota di mancanegara memiliki stadion yang lebih besar, tapi tak ada yang memiliki atap melingkar. Ya, memberantas kelaparan memang penting, tetapi memberi jiwa mereka yang telah tertindas dengan sesuatu yang dapat membangkitkan kebanggan-ini juga penting..."

Bagi orang tua makanan adalah hal yang utama, pokok dan wajib, tentu saja makanan terdiri dari dua jenis: makanan lahiriah dan makanan batiniah untuk nutrisi lahiriah dan nutrisi batiniah. Keduanya pasti akan di berikan kepada anak cucunya, dan keduanya sama pokok dan wajibnya.




Advertisement

Next
This is the most recent post.
Previous
Posting Lama

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top